Posted by : TRIXIE FEDORA IMA GULO - A1C118077
Monday, April 27, 2020
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM”
DISUSUN OLEH :
NAMA : TRIXIE FEDORA IMA GULO
NIM : A1C118077
KELAS : REGULER A 2018
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN VIII
I. JUDUL : KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS DAN KOLOM
II. HARI/TANGGAL : Rabu, 29
APRIL 2020
III. TUJUAN : Adapun tujuan dilakukan
praktikum ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui teknik-teknik dasar kromatografi
lapis tipis dan kolom.
2. Supaya dapat terlatih membuat
pelat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi.
3. Agar dapat memisahkan suatu
senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis dan memurnikannya
dengan kolom.
4. Dapat memisahkan pigmen tumbuhan
dengan cara kromatografi kolom.
IV. LANDASAN TEORI
Kromatografi ini memiliki asal usul kata yang terbentuk
yaitu berasal dari bahasa Latin chroma yang berartikan sebagai warna dan
graphien pada grafi yang diartikan sebagai menulis. Kromatografi ini
dipopulerkan oleh Michael Tswest yang seorang ahli botani asal Rusia. Ia telah
berhasil melakukan suatu pemisahan terhadap klorofil dari sebuah ekstrak
dedaunan yang mempergunakan kalsium karbonat
(CaCO3) yang digabungkan kedalam kaca dan petroleum eter guna
pelarut senyawa tersebut. Diawali dengan tahapan memberi perlakuan pada larutan
cuplikan bagian permukaan dengan kalsium karbonat (CaCO3) dan diberi
pengairan pelarut dari petroleum eter yang terlihat rupa dari pita-pita
berwarna dari ekstrak tersebut (Alimin, 2017).
Kromatografi ialah teknik analisis pada suatu kimia organik
yang dipakai dalam memisahkan suatu campuran zat menjadi komponen penyusun zat
itu sendiri, sehingga dapat diperiksa secara keseluruhan. Kromatografi ini beragam
dan bermacam diantara lain adalah :
1. Kromatografi jenis lapis tipis,
1. Kromatografi jenis lapis tipis,
2. Kromatografi jenis cair,
3. Kromatografi jenis gas,
4. Kromatografi jenis penukar ion,
5. Kromatografi jenis afinitas.
Masing-masing dari kromatografi diatas ini memiliki pedoman
dan prinsip dasar yang sama (https://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Kromatografi lapis tipis ini menggunakan suatu adsorben dan
pada umumnya menggunakan alumina maupun silika gel yang dapat langsung atau
dilakukan pencampuran dengan suatu bahan perekat seperti Kalsium Sulfat untuk dapat
menjadi selongsong pada pelat. Perlakuan pemisahannya, fase bergerak akan
menggiring suatu komponen campuran pada fase diam pada pelat membentuk suatu
kromatogram. Pada pemisahan terjadi didasarkan oleh partisi dan adsorbsi. Pada teknik
kerja KLT memiliki suatu prinsip sama dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) (Yazid, 2005).
Adapun pada kromatografi ini memiliki sebuah azas penting
yaitu pada senyawa yang berbeda memiliki suatu koefisien yang disebut dengan
koefisien distribusi yang berlainan pada fase gerak maupun fase diam. Interaksi
lemah terjasi bersamaan fase diam akan lebih lama berada dalam fase gerak dan
beralih cepat dalam sistem kromatografi. Alih-alih, senyawa yang berkolerasi
kuat pada fase diam akan memiliki mobilitas lambat. Idealnya pada tiap komponen
pada suatu campuran senyawa melaju dengan laju yang berlainan dalam suatu sitem
kromatografi, dan membuahkan pemisahan yang sahih. Cara kromatografi
dipergunakan menganalisis cara kuantitatif mupun kualitatif. Makna preparatif
menunjuk pada pemisahan berasio besar yang pemisahannya dihasilkan untuk dapat
dipergunakan lebih lanjut (Tim Kimia Organik I,2020).
Metode dilakukan suatu pemisahan merupakan point utama dan
bermakna pada lingkup kimia dikarenakan pada modul pembelajaran tentang alam
ditemukan dalam bentuk campuran. Agar kita dapat memperoleh suatu materi
substansial dalam suatu campuran maka harus melakukan tahapan pemisahan
senyawa. Beragam teknik pada pemisahan dapat menerapkannya dalam memisahkan
suatu campuran (Hendayana, 2010).
V. ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum “KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM” ini
adalah :
5.1 Alat
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1) Plat
TLC
2) Gelas
piala
3) Plat
kaca
4) Kolom
kromatografi
5) Pipa
kapiler
6) Syrnge
glass
7) Gelas
ukur
8) Botol
Vial
9) Kapas
5.2 Bahan
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1) Etnol
2) Mentanol
3) Kloroform
4) Etil-Asetat
5) n-heksana
6) Aseton
7) Aquades
8) Ekstrak
sampel
VI. PROSEDUR KERJA
7.1 Kromatografi
Lapis Tipis
1) Siapkan
Plat TLC
2) Dibuat
larutan pengembang dalam gelas piala 1L dengan komposisi Etanol :
Metanol : Kloroform : Etil- Asetat : n-heksan : Aseton ( 40 : 68 : 108 : 115 :
140 : 152 ) ml.
3) Dibuat
10 larutan sampel dari 10 ekstrak tanaman dengan 5 ml metanol.
4) Masing-
masing diambil larutan sampel yang sudah di ekstrak dibubuhkan ( ditotolkan )
diatas pelat TLC dengan jarak kira-kira 1cm dari tepi pelat kaca.
5) Keringkan
noda sampel dan standard dengan dryer (ditiup).
6) Masukkan
pelat ke dalam bejana pengembang.
7) Biarkan
proses ini berlangsung sampai garis mencapai 1 cm dari tepi atas pelat.
8) Angkat
pelat dari bejana, lihat noda dengan lampu UV atau dibuat larutan dengan serium
sulfat.
9) Hitung
dan bandingkan semua Rf yang diperoleh.
7.2 Kromatografi
Kolom
1) Siapkan
10 ekstrak daun
2) Siapkan
kolom kromatografi
3) Sumbat
bagian bawah kolom dengan glass wool
4) Dimasukkan
silika gel kedalam larutan pengembang yang telah dibuat di awal
5) Larutan
tersebur kemudian dimasukkan kedalam kromatografi kolom
6) Dimasukkan
sampel yang akan di kromatografi
7) Pelarut
harus terus- menerus diteteskan kedalam kolom
8) Tetesan
yang keluar dari kolom ditampung dengan beberapa tabung reaksi bersih dan
dipisahkan berdasarkan warnanya
VII. PERTANYAAN JURNAL KIMIA
Baiklah itulah prosedur serta
landasan teori dari praktikum “KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM” , disini saya memiliki tiga
permasalahan yaitu :
1. Pada
video praktikum kromatografi lapis tipis diatas, terlihat bahwa dikatakan suatu
eluen harus dijenuhkan terlebih dahulu sebelum dilakukan tahapan berikutnya.
Indikator apa yang menandakan suatu eluen itu telah jenuh? Seperti apa tampak
eluen yang belum terjenuhkan?
2. Pada
Video diatas, dikatakan bahwa eluen ada yang bersifat non polar maupun polar,
apa yang dimaksud dengan eluen polar maupun non polar hubungkanlah dengan noda?
Noda seperti apakah yang lebih mudah dijerap polar atau nonpolar, jelaskan
secara kimia!
3. Pada
video kedua, terlihat bahwa seorang praktikan menggunakan silika gel sebagai
fase diam, apakah silika gel sebagai fase diam dapat digantikan dengan bahan
yang lainnya? Jika iya bahan apakah itu hubungkanlah pada sifat kimianya dan
jelaskan!
Untuk dapat menjawab pertanyaan
saya diatas saudara/i dapat menonton video yang saya lampirkan dibawah ini :
1. Video Pertama
2. Video Kedua
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar : Alaudin Press.
Herdayana, Sumar. 2010. Kimia Pemisahan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
https://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/.
Tim Kimia Organik I. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi
: UNJA.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : ANDI Press.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete
ReplyDeleteHai Trixie
Saya M.Riyo Agung Kurnia
NIM : A1C118011
Saya akan coba menjawab pertanyaan no 3.Fasa diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultra violet. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletePerkenalkan nama saya Radiah dengan Nim A1C118045 akan mencoba menjawab permasalahan no 1.
ReplyDeleteJika eluen telah jenuh, maka ditandai dengan basahnya pada kertas saring hingga melewati penutup kaca, hal ini disebabkan oleh naiknya eluen pada kertas saring. Jika eluen belum jenuh maka kertas saring tersebut tidak basah.
baiklah saya Dwi Kartini akan menjawab pertanyaan nomer 2. Sifat-sifat kepolaran analit beserta jenis dan kepolaran eluen yangdigunakan menjadi hal yang sangat penting dalam uji kromatografi lapis tipis.Walaupun analit yang kita gunakan sama, tetapi jika kita uji dengan eluen yangberbeda, akan memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap eluenmemiliki polaritas yang berbeda sehingga interaksi yang terjadi baik antara eluendengan fasa diam maupun eluen dengan analit tentu akan berbeda pula. Akibatnyajarak yang ditempuh analit juga pada masing-masing eluen dengan komposisitertentu akan berbeda sesuai sifatnya (polar dan non-polar). untuk noda manakah yag lebih mudah diserap, disesuaikan lagi dengan kepolaran eluen yang digunakan. Semakin dekat kepolaran antara noda dengan eluen maka noda akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.terimakasih
ReplyDelete